Banyak yang sering kali terjebak dengan istilah “Menolak Taklid Buta” sehingga mereka menyimpulkan bahwa untuk memahami Islam hanya harus melalui al-Qur’an dan al-hadits saja. Menyimpulkan Islam hanya dua sumber tersebut adalah ibarat menutup mati pintu Sejarah Islam. Bukankah para ulama salaf –yang lebih dekat silsilahnya kepada Nabi- telah lebih awal mengkritisi keaslian suatu hadits.
Singkatnya, amatlah mustahil bagi siapa pun yang kurang mengerti “epistimologi pemahaman al-Qur’an dan al-hadits” mampu menyimpulkan Islam. Yang kurang mampu saja mustahil, apalagi yang tidak bisa sama sekali. Al-Qur’an itu berbahasa Arab, hadits itu berbahasa Arab, jadi kalau mau menyimpulkan Islam harus mengerti Bahasa Arab. Kalau menyimpulkan islam melalui terjemahan, sekali lagi, melalui terjemahan al-Qur’an dan hadits, itu namanya bukan menyimpulkan al-Qur’an dan hadits, itu namanya menyimpulkan terjemahan al-Qur’an dan hadits. Apa bedanya? Sangat berbeda. (berlanjut…)
Assalamu'alaikum,ww. Pak Komar, Maaf baru berkunjung....dan maaf juga belum aku kirimkan melalui email soale aku lupa email nya...tapi sebagian sudah saya posting di blog ku http://tentangedy.blogspot.com Dilihat ya pak boleh juga di copy paste......Mudah-mudahan kebaca ini comment....
ReplyDeleteWassalam,ww.
Barokallohu fikum
Edy Arisandi